Greenback Bersinar dan Menjadi Safe Haven Meskipun Minyak Berjangka Merosot

0
50

JAVAFX – Pada perdagangan valuta asing di hari Selasa (21/4) pagi, Dolar AS menguat karena investor berbondong-bondong menjadikan greenback sebagai safe-haven setelah penurunan historis pada harga minyak mentah berjangka semalam.

Minyak mentah berjangka WTI untuk pengiriman Mei anjlok ke wilayah negatif untuk pertama kalinya sejak perdagangan dimulai pada sesi sebelumnya.

Minyak turun dari posisi terendahnya, tetapi banyak perusahaan akan terkena dampak dari pandemi Covid-19.

Jika harga saham mengalami kemunduran, dolar bisa melihat beberapa keuntungan sebagai tempat yang aman. Satu-satunya hal yang membatasi dolar adalah Federal Reserve telah melakukan pelonggaran kuantitatif lebih banyak daripada siapa pun.

Indeks Dolar AS yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang lainnya naik 0,23% menjadi 100,285 karena saham Asia turun.

Pasangan mata uang USD/JPY turun 0,04 % menjadi 107,56, NZD/USD merosot 0,68% menjadi 0,5994, AUD/USD kehilangan 0,49% menjadi 0,6304, USD/CNY naik 0,20% menjadi 7,0862 dan pasangan GBP/USD melemah 0,25% menjadi 1,2405.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumpulkan $13,6 juta pada bulan Maret untuk kampanye pemilihannya kembali, mengakhiri bulan dengan $98,5 juta dalam bentuk tunai, menurut sebuah pengungkapan yang diajukan pada hari Senin waktu setempat dengan Komite Pemilihan Federal.

Pendapatan tersebut di dapat selama Maret menandai penurunan dari Februari ketika komite kampanye Trump mengumpulkan $14,2 juta ditengah kekhawatiran pandemi Corona.

Sementara itu pesaingnya, mantan Wakil Presiden A. Joe Biden saat ini berhasil mengumpulkan dana sebesar $46,7 juta pada bulan Maret untuk kampanye kepresidenannya, hasil tangkapan satu bulan terbesarnya meskipun ada krisis kesehatan nasional yang telah mengganggu penggalangan dana dan menghantam keuangan. Uang yang dikumpulkan oleh kandidat Demokrat pada bulan Maret jauh di atas $18.100.000 yang ia ambil pada bulan sebelumnya.

Biden memasuki pemilihan umum karena kerugian penggalangan dana yang sangat dan signifikan menjelang pemilihan 3 November melawan Presiden Republik Donald Trump, seorang penggalang dana luar biasa yang telah mengumpulkan uang untuk pemilihan umum sejak 2017.