Harga Minyak Membaik Jelang Rilisnya Data Persediaan Minyak AS

0
56
Harga Minyak Masih Melanjutkan Pelemahannya

JAVAFX – Harga minyak membaik jelang rilisnya data persediaan minyak AS pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini dengan perkiraan bahwa akan ada penurunan persediaan di pekan ini.

American Petroleum Institute memperkirakan bahwa pekan ini persediaan minyak AS akan mengalami penurunan sebesar 5,2 juta barel. Diperkirakan juga bahwa Energy Information Administration nanti malam juga diperkirakan juga akan turun pada pekan ini karena ada penurunan pasokan.

Data ekonomi beberapa negara di Asia sedang menurun kinerja ekonominya, namun belahan bumi di Utara sedang bersiap diri untuk melakukan awal panen jelang musim gugur datang di pekan ini sehingga pelepasan cadangan minyak strategis milik pemerintah AS diperbesar. Kondisi ini muncul karena para petani mulai melakukan persiapan untuk panen di lahan pertaniannya sehingga membeli bahan bakar lebih banyak jelang musim Gugur tersebut.

SPR atau cadangan strategis minyak pemerintah AS juga telah dilepas sebesar 11, 3 juta barel pada pekan lalu, hal ini dilakukan karena dalam 4 pekan terakhir kilang minyak AS tidak ada penambahan output lebih besar sehingga cadangan harus dikeluarkan sejenak.

Sejauh ini, akibat sanksi Iran tersebut, BNP Paribas mengeluarkan perkiraan bahwa produksi minyak OPEC akan segera mengalami rata-rata penurunan produksi dari 32,1 juta bph menjadi 31,7 juta bph. Kondisi ini tentu memberi dampak bahwa pasokan minyak dunia akan berkurang cukup banyak di saat AS sendiri tidak mengembangkan eksplorasi minyak baru.

Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,31 atau 0,47% di level $66,15 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Oktober di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,27 atau 0,37% di harga $72,90 per barel.

Perbaikan harga minyak juga tidak besar karena ada perkiraan akibat perang dagang masih bisa terjadi. Kondisi perang dagang memang belum usai, di mana kondisi ini tidak bersahabat bagi harga minyak karena dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun sehingga permintaan konsumsi minyak juga akan merendah, sedang OPEC sudah berusaha menaikkan pasokannya lagi. Sejauh ini, Presiden Trump sendiri bersikap antipati dengan usaha China dalam mengurangi ketgangan perang dagang tersebut, sehingga perbaikan harga minyak juga tidak terlalu besar terjadi.

(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi