Harga Minyak Tetap Menguat Jelang Data EIA

0
79

JAVAFX – Harga minyak tetap menguat jelang data EIA yang akan melaporkan stok minyak AS nanti malam.

Perdagangan hari ini masih menguat lagi didukung oleh hasil dari perundingan JMMC di St Petersburg Rusia awal pekan lalu yang membuat investor senang dan data API yang rilis tadi pagi.

Tadi pagi, dalam laporan mingguan American Petroleum Institute menyatakan bahwa stok minyak pemerintah AS minggu lalu mengalami penurunan sebesar 10,2 juta barel, untuk bahan bakar mengalami kenaikan 1,9 juta barel dan minyak destilasi atau minyak suling mengalami penurunan sebesar 110 ribu barel.

Nanti malam Energy Information Administration juga akan merilis laporan mingguan tentang stok minyak pemerintah AS dengan perkiraan akan turun 2,6 juta barel, bahan bakar akan 614 ribu barel dan minyak destilasi diperkirakan akan turun sekitar 453 ribu barel.

Seperti diketahui pula bahwa data API dengan EIA kadang bisa sama, kadangkala juga saling berseberangan.

Faktor data API, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak menguat $0,32 atau 0,67% di level $48,61 per barel.

Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,24 atau 0,48% di harga $50,44 per barel.

Sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia secara umum telah menurun hampir 15% sejak awal tahun ini, dimana ini disebabkan adanya persaingan diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan selanjutnya 30 November.

Sebelumnya perdagangan minyak meroket dimana datang dari dukungan hasil pertemuan menteri-menteri anggota OPEC dan non-OPEC yang ikut serta dalam komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel perhari di St Petersburg Rusia.

Pertemuan JMMC tersebut ada beberapa hasil positif yaitu pihak Arab Saudi yang bersedia mengurangi ekspor minyaknya menjadi 6,6 juta barel perhari atau lebih rendah 1 juta barel perhari mulai pengiriman bulan Agustus nanti.

Sedangkan Nigeria yang kali ini ikut serta dalam pertemuan tersebut, juga telah bersedia untuk membatasi produksi minyaknya tidak lebih dari 1,8 juta barel perhari, sebuah angka yang telah disepakatinya ketika penandatanganan komitmen pemangkasan produksi minyak 30 November tahun silam.

Demikian dengan Libya, kondisi keamanan yang belum stabil membuat negara di Afrika Utara ini kesulitan masalah keuangan.

OPEC telah memberikan keringanan bila produksi minyak Libya belum mencapai 1,4 hingga 1,6 juta barel perhari dan stabil dalam 90 hari, maka Libya tetap dibebaskan dalam komitmen pemangkasan 1,8 juta barel perhari tersebut.

Sejauh ini produksi minyak Libya sekitar 1,04 juta barel perhari.

Menteri Minyak Rusia, Alexander Novak menyatakan bahwa faktor kepatuhan komitmen memang amsih menjadi tanda tanya pasar, tetapi bila komitmen 32,5 juta barel perhari bisa dipatuhi, maka OPEC dan Rusia sudah siap untuk memangkas lagi 200 ribu barel perhari produksi minyaknya bila harga minyak masih sulit turun.

Hal sama juga diungkapkan Halliburton bahwa rig yang diaktifkan oleh AS sedang memasuki saat-saat yang mendatar, alias rig yang aktif makin sedikit volumenya.

Penguatan minyak juga didukung Anadarko Petroleum Corp, sebuah produsen eksplorasi minyak dari AS, dalam laporan keuangannya, Anadarko menyatakan mengalami kerugian usaha diatas ekspetasinya dan akan mengurangi belanja anggarannya kurang lebih $300 juta akibat dari tertekannya harga minyak di 2 bulan ini.

Ini perusahaan minyak asal AS yang pertama menyatakan rugi usaha akibat harga minyak merendah dibawah lebel $50 perbarel dalam 2 bulan terakhir.

China sendiri nampaknya akan melakukan tambahan impor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, demikian ungkap Sinopec.

Impor China akan mengalami kenaikan 8 juta barel perhari atau total lebih dari 400 juta barel perhari, dan kemungkinan besar tahun depan impor minyak China akan meningkat 2 digit.

 

 

Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: vneconomy