Harga Minyak Turun, Konflik Dagang dan Yuan Mendorong Aksi Jual

0
22
Minyak Mentah
LNG Tanker loading Liquified Natural Gas at liquefaction plant.

JAVAFX – Harga minyak, yang jatuh ke pasar beruang (bearish) dalam pekan ini, mengklaim kembali beberapa penurunan tajam, seiring dengan kenaikan yang terjadi di pasar saham global karena berita optimis muncul dari China.

Meski demikian, dalam perdagangan kali ini, Kamis (08/08/2019) harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September berusaha naik kembali dengan merangkak naik $ 1,45, atau 2,8%, menjadi $ 52,54 per barel di New York Mercantile Exchange.  Sebelumnya di hari Rabu, harga jatuh ke $ 51,09 dalam penyelesaian terendah untuk kontrak sejak 14 Januari 2019. Sementara harga minyak mentah Brent naik $ 1,15, atau 2%, pada $ 57,38 per barel di ICE Eropa. Ini turun 4,6% menjadi $ 56,23 sehari sebelumnya, finish terendah sejak 3 Januari.

Dalam catatan perdagangan terkini, harga minyak WTI tetap turun sekitar 21% dari posisi tinggi sebelumnya di $ 66,30 yang dicapai pada 23 April 2019. Dengan masih terkoreksi diatas 20%, menandai dalam kondisi perdagangan yang bearish. Brent juga jatuh sekitar 23% sejak akhir April.

Sementara dalam perdagangan di hari Kamis, bursa saham AS berusaha naik setelah China menetapkan mata uang daratannya pada tingkat yang lebih tinggi dari yang diharapkan. Dorongan naik juga didapatkan dari data perdagangan China yang dianggap cukup optimis. Kabar baik ini membantu kembalikan kepercayaan pasar yang sempat gelisah beberapa saat ini.

Dalam perdagangan di hari Rabu, harga minyak jatuh  dan memperparah apa yang menjadi awal terburuk untuk setiap bulan sejak 2015. Harga komoditas minyak mentah A.S., turun setelah Gedung Putih beradu argument dengan mitra dagang utama China. Hal ini dipandang pasar sebagai risiko terhadap permintaan energi global.

Presiden Trump mengatakan pekan lalu bahwa dia akan mengenakan tarif baru senilai 10% pada impor Cina $ 300 miliar lebih lanjut mulai 1 September. Ini merupakan langkah besar yang mengirim pasar ekuitas global menjadi kejang-kejang sebelum pertengahan minggu yang tenang. Saham turun tajam pada awal Rabu di sesi volatile, sebelum melakukan pemulihan di akhir hari.

Memang kekhawatiran akan pertumbuhan permintaan energi global masih menghantui dan menjadi kendala harga minyak naik. Disisi lain, pasar tidak memungkiri bahwa krisis pasokan akibat masalah Iran di Timur Tengah berpotensi menjadi pijakan harga untuk tetap naik. Ada keyakinan yang kuat bahwa kekhawatiran akan resesi global dianggap terlalu berlebihan. Sejumlah data ekonomi terkini justru menunjukkan bahwa tren ekonomi global positif dan resesi dianggap hal yang berlebihan. Memang, sektor Industri masih akan mengalami penurunan lebih dalam. Optimisme bersumber dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang umumnya tetap kuat dan investasi dan niat kerja telah mulai stabil dalam banyak kasus.

Harga juga turun pada hari Rabu setelah data persediaan AS menunjukkan peningkatan pasokan yang tidak terduga untuk minggu lalu, menghentikan laju penurunan selama tujuh minggu berturut-turut. Data menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat 2,4 juta barel dari minggu sebelumnya untuk minggu yang berakhir 2 Agustus, menurut Lembaga Informasi Energi (EIA). Hasilnya bukanlah penarikan mingguan kedelapan beruntun yang diperkirakan para analis.(WK)