Jajak Pendapat: Ada Perbedaan Mengejutkan Terkait Vaksin Antara Republik dan Demokrat

0
6

Jajak pendapat Washington Post-ABC News telah menemukan perbedaan mengejutkan antara para pendukung Partai Demokrat dan Partai Republik dalam hal vaksinasi COVID-19.

Jajak pendapat itu menemukan bahwa sementara 86 persen para pendukung Partai Demokrat telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin COVID-19, hanya 45 persen dari para pendukung Partai Republik yang telah disuntik vaksin itu.

Selain itu, survei tersebut menemukan bahwa sementara hanya enam persen dari para pendukung Partai Demokrat yang mengatakan mereka mungkin akan menolak vaksin, 47 persen dari Partai Republik mengatakan mereka mungkin tidak akan diinokulasi.

Jajak pendapat tersebut juga menemukan bahwa 60 persen orang Amerika yang tidak divaksinasi percaya bahwa AS melebih-lebihkan bahaya varian delta COVID-19, sementara 18 persen dari yang tidak divaksinasi mengatakan pemerintah secara akurat menggambarkan risiko varian tersebut.

Namun, 64 persen orang Amerika yang divaksinasi percaya bahwa pemerintah secara akurat menggambarkan bahaya varian delta.

Varian ini memiliki dampak global.

Presiden Iran Hassan Rouhani telah memperingatkan bahwa negara itu berada di ambang “gelombang kelima” wabah COVID-19.

Varian delta, yang pertama kali diidentifikasi di India, sebagian besar bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah rawat inap dan kematian di Iran, kata para pejabat di negara itu.

Semua bisnis yang tidak penting telah diperintahkan ditutup di 275 kota, termasuk ibu kota Teheran.

Perjalanan juga telah dibatasi antara kota-kota yang mengalami tingkat infeksi yang tinggi.

Laporan itu mengatakan hanya sekitar lima persen orang Iran yang telah divaksinasi.

Pada hari Senin (5/7), kementerian kesehatan India melaporkan 39.796 kasus COVID baru dalam periode 24 jam sebelumnya.

Hanya beberapa pekan yang lalu India melaporkan penghitungan harian setidaknya 50.000 kasus baru.

Namun, pejabat kesehatan masyarakat telah memperingatkan bahwa negara itu kemungkinan memiliki jumlah kasus COVID lebih tinggi dari yang dilaporkan.

Pusat Pemantau Virus Corona Johns Hopkins melaporkan, Senin pagi (5/7), bahwa ada 183,8 juta kasus COVID secara global.

Amerika Serikat.

memiliki paling banyak dengan 33,7 juta, diikuti oleh India dengan 30,6 juta dan Brasil dengan 18,8 juta.

Johns Hopkins mengatakan lebih dari 3 miliar vaksin telah diberikan.