Kunjungan Pertama Menlu AS ke Niger Disambut Positif

0
26

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Niger dengan menjanjikan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi dan dukungan terhadap upaya negara itu memerangi ekstremisme kekerasan.

Sejumlah warga di Ibu Kota Niamey yang diwawancarai VOA, sebagian besar mengemukakan hal-hal positif mengenai kunjungan pertama seorang menteri luar negeri AS ke Niger.

“Kami melihat bagaimana sekarang ini pasukan militer AS, yang berada di teritori Niger, melatih pasukan pertahanan dan keamanan,” kata seorang perempuan di Niamey kepada VOA.

Namun ia mengatakan, kerja sama itu seharusnya tidak terbatas pada masalah keamanan.

“Ada beberapa peluang kerja sama dalam hal perubahan iklim.

Ada juga isu air bersih, ada banyak hal,” lanjutnya.

Blinken memanfaatkan kunjungan itu untuk mengumumkan bantuan kemanusiaan baru senilai $150 juta guna membantu memenuhi kebutuhan di kawasan Afrika Barat, Tengah dan Sahel, yang disebabkan oleh instabilitas di sana.

Di luar bantuan langsung untuk pengungsi dan kelompok-kelompok rentan lainnya, AS berkomitmen untuk berinvestasi dalam stabilitas jangka panjang di kawasan tersebut, kata Blinken.

AS akan membantu dalam mewujudkan “penegakan hukum Niger yang lebih efektif dalam memerangi terorisme, memperkuat keamanan perbatasan, meningkatkan kemampuan kontranarkotika, memberantas perdagangan manusia, dan membantu menyelidiki, menuntut dan pada akhirnya mengurangi terorisme dan ekstremisme kekerasan,” kata Blinken dalam konferensi pers bersama dengan sejawatnya dari Niger di Niamey.

AS memiliki personel militer yang ditempatkan di dua pangkalan angkatan udara di negara itu dan telah membantu angkatan bersenjata Niger dengan pelatihan, menyumbang peralatan, dan dukungan untuk intelijen, pengawasan dan pengintaian untuk memerangi ekstremisme kekerasan.

Seorang penduduk Niamey lainnya yang diwawancarai VOA mengatakan, sumbangan peralatan militer sangat membantu, tetapi ia mendesak para pemimpin politik agar berhati-hati.

“Para pemimpin kami seharusnya lebih waspada sehubungan dengan klausul dalam kontrak yang ditandatangani dengan negara-negara kuat karena, pada kenyataannya, mereka tidak punya teman,” katanya.

“Mereka hanya mengejar kepentingan mereka.

Beberapa mungkin lebih tamak, lebih picik daripada yang lainnya, tetapi kita memiliki kewajiban terhadap generasi muda, sebagai masyarakat sipil untuk meminta para pemimpin agar bersikap sangat waspada.” Satu orang lainnya yang diwawancarai mengatakan ia dapat melihat dampak keterlibatan AS dalam situasi keamanan.

“Terkait hubungan Niger-Amerika, ini terlihat jelas dan gamblang dan mereka membantu kami,” katanya kepada VOA.

“Terkait masalah ketidakamanan dan semua itu, ini benar-benar masalahnya, kami menghargai hubungan AS dan Niger.” Niger menjadi negara terdepan dalam kekerasan dan pertempuran yang meningkat di Sahel, kata Joseph Siegle, direktur riset di Africa Center for Strategic Studies (ACSS).

Negara itu mengalami peningkatan 43% kekerasan pada 2022, tetapi korban jiwa berkurang separuhnya, kata ACSS.