Opini : Potensi Kenaikan Harga Emas

0
151
Wealth concept with pile of gold bars or ingots on a dark background - 3D illustration

JAVAFX – Baru-baru ini pasar menitikberatkan perhatiannya secara besar-besaran pada pergerakan harga emas. Kenaikan yang terjadi pada harga komoditas Logam Mulia ini dipengaruhi oleh sejumlah peristiwa penting yang terjadi diluar bursa. Kedepannya sejumlah hal itu masih akan membayangi perdagangan emas.

Secara fundamental, sekurang-kurangnya, terdapat tiga peristiwa penting yang mempercepat reli kenaikan harga emas saat ini, yaitu kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) yang tiba-tiba berubah lebih dovish daripada consensus awal. Kedua, langkah The Federal Reserve yang mengikuti ECB dengan memberikan pesan yang bernada dovish pula. Ketiga, peristiwa penembakan drone AS oleh Iran, yang semakin meruncingkan konflik di Timur Tengah. Akibatnya, investor marak melakukan pembelian aset safe haven dalam hal ini adalah emas.

Secara teknis, potensi kenaikan harga emas masih terbuka lebar dengan sejumlah peristiwa tersebut. Sebagaimana dikonfirmasi dalam grafik pergerakan harga emas baru-baru ini.

Harga emas telah menembus level resistensi kuatnya, ini sebagai sinyal awal tren kenaikannya. Dimana dalam catatan perdagangan emas sepanjang masanya, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) menunjukkan penguatan pula. Hal ini semakin memperkuat tren kenaikan harga logam mulia.

Disisi lain, volume perdagangan yang terjadi dalam transaksi harian dan mingguan juga tercatat sangat baik. Ini mengkonfirmasi bahwa pasar nyaman dengan tren kenaikan saat ini, meski secara grafik mingguan terlihat bahwa emas menunjukkan pola bottoming, konsolidasi untuk mendapatkan pijakan baru dalam pergerakan harga selanjutnya.

Namun demikian, Indeks kekuatan relatif (RSI) pada grafik harian dan mingguan menunjukkan kondisi jenuh beli. Ini menjadi sinyalemen akan adanya tekanan jual dalam jangka pendek dan menunjukkan kemunduran jika arus berita yang mendukung kenaikan harga emas berhenti.

Dalam jangka panjang, sebagaimana tercermin dari grafik mingguan, terlihat bahwasanya harga emas masih berada di zona resistance. Agar emas bisa naik ke posisi lebih tinggi, seperti $ 2.000 per ons, emas harus dengan tegas menembus batas atas zona resistensi yang ditunjukkan pada grafik mingguan. Memang tidak mudah untuk menembusnya, mengingat ada batas resistensi dalam perdagangan jangka pendek, dimana pembatas zona resistensi atas yang ditunjukkan pada grafik mingguan adalah target potensial dalam waktu dekat yang harus dicapainya.

Agenda kegiatan berikutnya ini akan menjadi katalis sentiment pasar, yaitu pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping di KTT G20 yang berlangsung di Osaka, Jepang, pada 28-29 Juni. Jika kedua belah pihak mencapai kesepakatan jangka panjang yang baik, probabilitas cukup besar bagi harga emas jatuh sebanyak $ 100 per ons dalam periode singkat.

Sebaliknya, jika pertemuan tersebut menghasilkan kepahitan secara drastis dan memperburuk kondisi hubungan dagang keduanya, dimana Trump akan melanjutkan dengan pengenaan tarif tambahan, kemungkinan emas bisa naik sebanyak $ 200 per ons selama beberapa hari.

Sekurangnya, terdapat tiga alasan untuk ini, bahwa kegagalan dalam perundingan ini akan memberikan tekanan tambahan pada bank sentral untuk memberikan lebih banyak stimulus moneter. Stimulus moneter baik untuk emas. Kedua, kegagalan dalam pembicaraan akan meningkatkan kemungkinan resesi. Resesi akan ramah terhadap emas. Ketiga, sebagian besar reli emas telah menjadi tekanan pendek. Dalam tekanan pendek ini, para penjual yang sebelumnya bertaruh pada penurunan emas harus membeli saham untuk menutupi posisi mereka, membesar-besarkan kenaikan emas. Masih banyak para penjual singkat emas. Selanjutnya, posisi sell baru dibentuk berdasarkan kondisi jenuh beli. Kondisi yang matang untuk kaki lain dalam keadaan terjepit jika ada kabar baik baru untuk emas.

Potensi koreksi bisa bersumber dari cadangan emas. Dalam laporan terkini, stok emas Newmont Goldcorp dan Barrick Gold mengalami ledakan.(WK)