Redam Agresi China, AS Ingin Perkuat Hubungan Militer di Asia Tenggara

0
90

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang mencari cara untuk bersekutu dengan beberapa negara Asia guna untuk menahan ambisi negara adidaya saingannya China, kata para analis minggu ini setelah kunjungan Menteri Pertahanan Lloyd Austin ke wilayah tersebut.

Austin selama pidato, Selasa (27/7), di Singapura menganjurkan pengurangan aktivitas militer China di Asia Tenggara melalui “pencegahan terpadu”.

Austin juga melakukan perjalanan ke Filipina dan Vietnam selama seminggu lawatannya.

Pencegahan terpadu berarti menggunakan “setiap alat militer dan non-militer selaras dengan sekutu dan mitra,” kata Departemen Pertahanan AS di situs webnya, mengutip antariksa dan dunia maya sebagai dua alat yang lebih baru.

Para ahli mengatakan Austin memilih Vietnam dan Filipina karena keduanya bertikai dengan China selama dekade terakhir terkait klaim kedaulatan yang diperebutkan di Laut China Selatan.

AS berpendapat klaim China pada sebagian besar wilayah laut itu tidak memiliki dasar dalam hukum internasional.

“Ini bukan kebetulan,” kata Eduardo Araral, profesor di sekolah kebijakan publik Universitas Nasional Singapura.

“AS baru saja menyelesaikan strateginya untuk China.

Inti dari strategi ini adalah mendapatkan lebih banyak sekutu, jadi masuk akal perjalanan pertama ke Asia adalah Asia Tenggara karena negara-negara ini akan memainkan beberapa peran penting.” Didukung oleh militer terkuat di Asia, China telah menimbun dengan pasir dan semen di atas karang pulau-pulau kecil di laut seluas 3,5 juta kilometer persegi antara Hong Kong dan Kalimantan untuk penggunaan militer.

Secara berkala China mengirimkan kapal ke zona ekonomi eksklusif negara pengklaim lainnya.

Brunei, Malaysia dan Taiwan menyebut semua atau sebagian dari jalur perairan yang sama adalah milik mereka.

Ketiga negara bersahabat dengan AS, meskipun mereka juga ingin bekerja sama dengan China secara ekonomi.

Pemerintah AS tidak memiliki klaim di laut Asia tetapi memandang China sebagai saingan geopolitik yang mengancam negara-negara tetangganya.