Sekjen PBB lihat ujian terhadap multilateralisme di sidang mendatang

0
51
FILE PHOTO: Overview of the session of the Human Rights Council during the speech of U.N. High Commissioner for Human Rights Michelle Bachelet at the United Nations in Geneva, Switzerland, February 27, 2020. Picture taken with a fisheye lens. REUTERS/Denis Balibouse/File Photo

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (12/9) melihat adanya ujian yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap multilateralisme pada Sidang Majelis Umum PBB mendatang.

“Sidang mendatang akan terus menguji sistem multilateral seperti belum pernah terjadi sebelumnya.

Dan itu akan terus menguji kohesi dan kepercayaan di kalangan negara-negara anggota,” katanya dalam rapat pleno penutupan Sidang Majelis Umum ke-76.

Acara tahunan Sidang Majelis Umum PBB ke-77 dijadwalkan dibuka pada Selasa (13/9).

“Jalan ke depan akan menantang dan tidak dapat diprediksi.

Tetapi dengan menggunakan instrumen pertukaran kita, yaitu diplomasi, negosiasi, dan kompromi, kita dapat terus mendukung masyarakat dan komunitas di seluruh dunia.

Kita dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih baik dan lebih damai bagi semua orang.

Dan kita dapat memperbarui kepercayaan pada PBB dan sistem multilateral, yang masih menjadi harapan terbaik umat manusia,” ujar sang sekjen.

Guterres menyampaikan terima kasih kepada Abdulla Shahid dari Maladewa, yang menjabat sebagai presiden Sidang Majelis Umum PBB ke-76, atas visi dan kepemimpinannya.

“Dengan keterampilan yang luar biasa, dia memimpin majelis ini selama masa-masa yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, membawa visi baru untuk isu-isu seperti kesetaraan gender, aksi iklim, dan perspektif unik negara-negara pulau kecil,” tutur Guterres.

Guterres juga menyoroti konflik-konflik keji yang membahayakan jutaan nyawa manusia, memperdalam jurang kemiskinan dan ketidaksetaraan yang terus menghambat pemulihan dan pembangunan, sistem keuangan global yang merosot secara moral yang mendera negara-negara berkembang dan menghalangi jalan mereka menuju pemulihan berkelanjutan, serta darurat iklim yang secara harfiah sedang “membakar planet kita.” Sidang Majelis Umum PBB ke-76 diwarnai dengan serangkaian tantangan yang semakin dalam, di antaranya kenaikan harga-harga, menurunnya daya beli, meningkatnya kerawanan pangan, dan bayang-bayang resesi global yang semakin besar, pandemi global yang sulit dikalahkan, dan munculnya kedaruratan kesehatan lain dalam wabah cacar monyet, serta gelombang panas, badai, banjir, dan bencana alam mematikan lainnya.