Ujian Keteguhan Safe Haven Emas Sepertinya Muncul Lagi

0
70

JAVAFX – Ujian keteguhan safe haven emas sepertinya muncul lagi pada perdagangan hari ini jika Presiden Trump akan segera mengirim serangan militernya ke Suriah dengan pembatas dari hasil Fed minutes yang dirilis dini hari tadi.

Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan kemarin, kondisi greenback masih mengalami tekanannya dari emas, sehingga hal ini membuat harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $10,90 atau 0,81% di level $1356,80 per troy ounce.
.

Nilai emas di perdagangan kemarin masih mempertahankan sisi belinya yang muncul yang membesar setelah Presiden Trump tetap bersikukuh untuk melakukan serangan militer ke Suriah bila pihak Rusia dan Suriah masih tetap menggunakan senjata kimia. Eurocontrol sendiri sebagai regulator lalu-lintas udara di Uni Eropa, juga diperintahkan untuk bersiaga selama 72 jam ke depan untuk menyediakan kondisi darurat bila rudal-rudal dan pesawat militer Sekutu yang akan melakukan serangan ke Suriah.

Kondisi ini sejak 2 malam ini telah membuat aksi safe haven tetap marak terjadi meskipun data inflasi konsumen AS dan hasil notulen rapat suku bunga the Fed yang hasilnya bisa mendukung kenaikan suku bunga the Fed lebih agresif.

Selain fokus perang Suriah yang bisa memunculkan aksi safe haven emas, beberapa data kegiatan politik Trump bisa juga menggugah safe haven emas tersebut setelah ada perkiraan wakil jaksa agung AS dan penasehat keamanan AS bisa dipecat sewaktu-waktu. Ketegangan politik tersebut bisa membuat semua arah perkiraan terhadap pasar bisa berbalik sekejap.

Safe haven muncul ketika investor merasa tidak nyaman dengan gejolak geopolitik Timur Tengah dan politik di dalam negeri AS. Butuh usaha bagi data ekonomi khususnya yang dari AS untuk menahan laju kenaikan emas. Sejauh ini, pasar ekuitas Asia bisa negatif, sehingga memang ada potensi bahwa emas masih cenderung berusaha melewati level psikologis $1360 per troy ounce.
Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg.
Sumber gambar: Reuters