Wall Street berakhir menguat ditopang laba perusahaan dan data ekonomi

0
48

Saham-saham di Wall Street menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena laporan keuangan perusahaan yang positif dan data pabrik yang lebih baik dari perkiraan memicu reli risk-on (pengambilan risiko) di tengah penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 337,98 poin atau 1,12 persen, menjadi menetap di 30.523,80 poin.

Indeks S&P 500 bertambah 42,03 poin atau 1,14 persen, menjadi ditutup di 3.719,98 poin.

Indeks Komposit Nasdaq terdongkrak 96,60 poin atau 0,90 persen, menjadi berakhir di 10.772,40 poin.

Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah positif, dengan sektor industri dan material masing-masing melonjak 2,36 persen dan 1,91 persen, memimpin keuntungan.

Saham Goldman Sachs meningkat 2,33 persen setelah bank investasi itu memberikan hasil kuartalan yang lebih kuat dari perkiraan.

Perusahaan obat dan produk konsumen AS Johnson & Johnson juga melaporkan laba dan penjualan kuartal ketiga yang melampaui ekspektasi, namun sahamnya tergelincir 0,4 persen.

Dari perusahaan-perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan hasil keuangannya sejauh ini, sekitar 70 persen telah mengalahkan perkiraan laba, dan 63 persen telah mengalahkan perkiraan pendapatan, menurut data FactSet.

Sementara itu, imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS terakhir lebih rendah, setelah terombang-ambing sepanjang hari.

Pada Senin (17/10/2022), indeks-indeks utama Wall Street ditutup lebih tinggi dengan Dow naik lebih dari 500 poin.

Reli dua hari terjadi dalam konteks periode bergejolak untuk pasar yang tertekan oleh berbagai hambatan, dan para analis memperingatkan akan berlanjutnya perjalanan bergelombang ke depan.

“Kami tidak percaya kondisi untuk reli berkelanjutan, dan imbalan risiko untuk pasar selama tiga hingga enam bulan ke depan tidak menguntungkan dalam pandangan kami,” kata Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management.

“Bank-bank sentral utama tampaknya akan mempertahankan tingkat pengetatan hingga kuartal pertama 2023; pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan terus melambat hingga awal tahun baru; dan pasar keuangan global rentan terhadap tekanan sementara kebijakan moneter terus diperketat,” tambahnya.