EURUSD Konsolidasi Setelah Terseret Turun Dari Level Tertinggi
EURUSD konsolidasi setelah turun tajam dari level tertinggi yang dicapai di sesi kemarin dengan semua perhatian tertuju pada data inflasi Zona Euro. Euro terus berjuang untuk bertahan di atas level 1.1600 terhadap dolar AS setelah gagal menembus level 1.1650 pada Senin.
Penjualan obligasi global mendorong kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS dan menjadi pendorong menguatnya dolar AS. Data inflasi dan pengangguran Zona Euro akan menjadi penggerak pasar pada Selasa.
EURUSD relatif stabil pada Selasa, diperdagangkan di level 1.1610, setelah turun dari level tertinggi dua minggu di atas 1.1650 pada hari sebelumnya. Dolar AS rebound dari level terendah di tengah sentimen kehati-hatian pasar, dengan investor menanti rilis data Indeks Harga Konsumen Terpadu (HICP) awal Zona Euro dan Tingkat Pengangguran.
Indeks Dolar AS mendapatkan sedikit dukungan pada Senin, meskipun Indeks Manajer Pembelian Manufaktur ISM AS (PMI) menunjukkan aktivitas sektor manufaktur menyusut untuk kesembilan bulan berturut-turut, dengan pesanan baru dan tenaga kerja menurun serta tekanan inflasi meningkat.
Isyarat kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Gubernur Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda pada Desember mengguncang pasar pada Senin. Komentar tersebut memicu penjualan massal di pasar obligasi global, yang mendorong imbal hasil obligasi AS naik dan menjadi pendorong kenaikan dolar AS.
Lelang obligasi pemerintah Jepang pada Selasa pagi sedikit meredam kekhawatiran, meski pasar masih berhati-hati. Kalender ekonomi AS hari ini relatif sepi, dan fokus akan tetap pada ISM Services PMI dan laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP, yang akan dirilis pada Rabu.
Emas Kehilangan Tenaga Di Tengah Spekulasi Suku Bunga The Fed
Emas mengalami koreksi dan menghadapi aksi jual di tengah sentimen risiko yang positif dan meningkatnya spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember yang seharusnya membuat dolar AS tertekan dan mendukung kenaikan harga emas. Para pelaku pasar tampaknya masih enggan untuk bertindak agresif dan kini menantikan data makroekonomi AS pekan sebagai petunjuk arah baru.
Emas bahkan sudah tertekan di sepanjang sesi awal Eropa pada Senin, meskipun berhasil bertahan di atas level 4.200 di tengah sinyal fundamental yang beragam. XAUUSD saat ini diperdagangkan di sekitar level 4.226 – 4.206, yang terus mencatat penurunan sejak pembukaan perdagangan Selasa di level 4.231. Sementara indeks dolar AS saat ini konsolidasi di sekitar level 99.27 turun dari pembukaan hari ini di level 99.37.
Sentimen positif di pasar ekuitas secara umum mengurangi permintaan terhadap aset safe-haven termasuk emas dan menarik logam mulia ini menjauh dari level tertinggi sejak 20 Oktober, yang dicapai pada Senin. Namun, ekspektasi dovish dari Federal Reserve AS (Fed) masih bertindak sebagai pendorong kenaikan bagi logam kuning itu dan membantu membatasi penurunan lebih lanjut.
Investor kini cukup yakin bahwa bank sentral AS akan menurunkan biaya pinjaman lagi dalam pertemuan kebijakan minggu depan. Proyeksi ini, memaksa dolar AS gagal melanjutkan rebound semalam dari level terendah dua minggu dan terus memberikan dukungan bagi XAUUSD. Kondisi ini, membuat para investor lebih memilih untuk menunggu aksi jual lanjutan yang kuat sebelum memanfaatkan rebound pasangan XAUUSD, sembari menantikan data makro AS pekan ini untuk dijadikan petunjuk arah pasar baru.
Sentimen Risiko Menekan Yen, Kebijakan BoJ dan Fed Menjadi Kunci
Yen Jepang terpaksa harus rela menghadap aksi jual, karena sentimen terhadap aset berisiko yang positif sehingga melemahkan aset safe-haven. Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed dapat menahan kenaikan dolar AS lebih lanjur, sementara menguatnya proyeksi kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan (BoJ) diharapkan dapat membantu membatasi penurunan yen lebih lanjut. Kedua faktor tadi mungkin akan membatasi pergerakan USDJPY.
Yen Jepang melemah selama sesi Asia pada perdagangan Selasa dan terus menurun dari level tertinggi dua minggu terhadap dolar AS yang dicapai pada hari sebelumnya. Sentimen positif secara umum terhadap pasar saham di Asia diyakini menjadi faktor utama yang melemahkan Yen Jepang yang berstatus sebagai aset safe-haven tersebut.
Selain itu, penurunan nilai tukar mata uang Jepang ini terhadap dolar AS juga karena tidak didukung oleh katalis fundamental yang jelas dan lebih mungkin terbatas akibat sinyal kuat Gubernur Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda bahwa kenaikan suku bunga pada Desember mungkin sedang dipertimbangkan.
Akan tetapi, jika spekulasi bahwa otoritas pemerintah Jepang benar akan melakukan campur tangan atau intervensi untuk menghentikan pelemahan mata uang negaranya lebih lanjut, maka hal ini akan menahan penurunan yen Jepang lebih lanjut. Sementara dolar AS, di sisi lain, masih berpotensi menghadapi tekanan yang signifikan di tengah meningkatnya optimisme pasar bahwa Federal Reserve (Fed) akan menurunkan suku bunga lagi di bulan ini.
Dengan skenario di atas, maka hal tersebut akan semakin memperkecil selisih suku bunga antara AS – Jepang, yang seharusnya mendukung yen dan membatasi kenaikan pasangan USDJPY lebih lanjut. USDJPY saat ini mengalami konsolidasi dan diperdagangkan di sekitar level 155.60, setelah membuka perdagangan Selasa dari level 155.46.
Emas Kembali Ke Level 4300, Bukan Hal Mustahil
Seperti yang diketahui, harga emas naik ke level tertinggi dalam enam minggu pada perdagangan Senin di perdagangan hari pertama Desember, meskipun tanpa didukung oleh pembelian yang kuat. Ternyata, sentimen risiko yang melemah, masalah ekonomi China, dan risiko geopolitik lah yang menjadi pendorong utama komoditas ini. Selain itu, para pelaku pasar tampaknya wait-n-see menjelang rilis data makroekonomi AS yang dijadwalkan pada awal bulan baru.
XAUUSD bergerak naik-turun dalam rentang yang relatif dekat saat memasuki perdagangan sesi Eropa dan saat ini diperdagangkan di bawah level 4.250, setelah turun dari level atas intraday yang dicapai pada Senin pagi ini. Komentar dovish terbaru dari beberapa pejabat Federal Reserve (Fed) menjadi faktor memperkuat ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS akan kembali melakukan pemotongan suku bunga pada pertemuan di Desember ini.
Pernyataan dovish terbaru dari Gubernur Federal Reserve AS Christopher Waller dan Presiden Federal Reserve New York John Williams memperkuat argumen untuk pemotongan suku bunga lagi bulan ini. Sikap dovish oleh para pejabat menjadi faktor yang menghantam penurunan dolar AS yang telah berlangsung selama seminggu dan terus menjadi pendorong bagi harga emas.
Sementara itu, survei swasta yang dirilis Senin menunjukkan aktivitas bisnis sektor manufaktur China tak terduga kembali mengalami kontraksi. Data PMI resmi yang dirilis Minggu, kontraksi untuk bulan kedelapan berturut-turut, dan berdampak negatif pada sentimen investor di tengah ketidakpastian geopolitik yang terus berlanjut.
Ketidakpastian geopolitik yang berasal dari eskalasi perang Rusia-Ukraina dan kehati-hatian pasar juga memberikan dukungan tambahan untuk kenaikan harga emas sebagai aset safe-haven. Risiko geopolitik meningkat, setelah drone laut Ukraina menyerang dua kapal tanker minyak dari armada bayangan Rusia saat melintasi Laut Hitam.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa pembicaraan terbaru dengan pejabat Ukraina sangat produktif, meskipun ia mencatat bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengakhiri perang.
Namun demikian, kenaikan intraday ini masih kurang didukung oleh pembelian lanjutan, karena para investor tampaknya enggan untuk masuk pasar secara agresif karena mereka tengah menantikan rilis data makro AS yang penting pekan ini, dimulai dengan ISM Manufacturing PMI AS yang dirilis hari ini, yang dapat menjadi penentu ke mana arah sentimen. Sehingga, para pelaku sangat berhati-hati sebelum mengambil posisi lebih lanjut.
Yen Jepang Kembali ke Level Tertinggi Di Lebih Dari Sepekan Tehadap Dolar AS
Yen Jepang menguat ke level tertinggi dalam lebih dari satu minggu pada awal perdagangan Desember, didorong meningkatnya spekulasi bahwa Bank of Japan (BoJ) semakin dekat pada keputusan kenaikan suku bunga. Pada saat yang sama, dolar AS melemah ke posisi terendah hampir dua pekan akibat ekspektasi kebijakan moneter yang lebih dovish dari Federal Reserve.
Di pasar Asia, USDJPY bergerak melemah ke area 155,50–155,45 seiring sentimen risiko yang lebih lemah, yang mengalihkan permintaan investor ke aset safe-haven seperti yen. Pelemahan dolar AS terjadi setelah pasar semakin menilai peluang penurunan suku bunga The Fed dalam beberapa pertemuan mendatang.
Penguatan yen mendapat tambahan dukungan dari pernyataan terbaru Gubernur BoJ Kazuo Ueda, yang dinilai memperkuat peluang normalisasi kebijakan dalam waktu dekat. Pernyataan tersebut mendorong imbal hasil obligasi pemerintah Jepang (JGB) naik ke level tertinggi dalam beberapa tahun, sehingga mempersempit selisih imbal hasil dengan obligasi negara-negara besar lain, termasuk AS.
Kontraksi pada selisih suku bunga itu menjadi katalis utama penguatan yen di awal pekan, diperkuat oleh pelemahan pasar ekuitas regional yang menambah permintaan terhadap aset perlindungan risiko.
Fokus pasar kini beralih ke rilis ISM Manufacturing PMI AS yang akan dirilis malam nanti, serta serangkaian data ekonomi penting AS sepanjang pekan ini. Data tersebut diperkirakan menjadi penentu arah pergerakan dolar AS dan pasangan USDJPY dalam jangka pendek.
Keputusan OPEC+ Mendorong WTI Kembali Mendekati $59
Langkah OPEC+ yang menyepakati mekanisme baru untuk menilai kapasitas produksi para anggotanya memicu rebound harga minyak WTI hingga mendekati level $60. Organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, juga memutuskan mempertahankan tingkat pasokan mulai kuartal pertama 2026, sehingga memperkuat sentimen positif di pasar energi. Ekspektasi kebijakan dovish dari Federal Reserve turut menambah optimisme terhadap prospek permintaan minyak global.
Pada sesi perdagangan Asia, Senin, kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) di NYMEX naik sekitar 1,7% dan berada di kisaran $59,30. Para pelaku pasar kembali memburu minyak setelah OPEC+ sepakat untuk menghentikan rencana peningkatan produksi pada awal 2026.
Selain itu, OPEC+ juga merumuskan mekanisme penilaian kapasitas produksi maksimum sebagai dasar penetapan baseline produksi baru mulai 2027. Mekanisme ini akan menjadi acuan dalam menentukan target produksi setiap anggota ke depan, sebagaimana diberitakan oleh Reuters.
Meski demikian, sepanjang tahun ini harga minyak masih tertekan karena negara-negara OPEC+ telah menambah pasokan sekitar 2,9 juta barel per hari (bpd) sejak April 2025. Penundaan peningkatan produksi kali ini muncul di tengah upaya Amerika Serikat yang tengah bekerja untuk meredakan konflik antara Rusia dan Ukraina.
Di sisi lain, meningkatnya ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve pada pertemuan kebijakan yang akan datang menjadi faktor pendukung tambahan. Penurunan suku bunga dipandang dapat menguatkan prospek permintaan energi. Berdasarkan CME FedWatch, peluang The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,50%–3,75% pada Desember mencapai 87,4%.
EURUSD Semakin Tak Terkendali, Data Zona Euro Gagal Berikan Inspirasi
Euro kembali memperpanjang penurunannya dan semakin mendekati area 1.1550 terhadap dolar AS. Meski secara keseluruhan pasangan ini masih berada dalam tren penguatan mingguan—didukung oleh pelemahan dolar AS—pergerakan intraday menunjukkan bahwa reli tersebut semakin terkikis. Ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve yang kembali meningkat, menjadi faktor utama yang menekan performa Greenback dan sebelumnya mendorong penguatan EURUSD.
Namun pada Jumat pagi, pasangan ini justru melanjutkan koreksi setelah gagal mempertahankan posisi di atas 1.1600. EURUSD kemudian turun menuju area 1.1560–1.1555 menyusul rilis serangkaian data ekonomi zona euro yang memberikan sinyal beragam. Pasar kini menantikan rilis inflasi awal Jerman, yang dianggap dapat memberikan petunjuk penting mengenai arah kebijakan moneter ECB ke depan. Meskipun demikian, pasangan ini masih berada di jalur kenaikan mingguan sekitar 0,5%, bertumpu pada harapan bahwa Fed akan kembali memangkas suku bunga pada pertemuan Desember, yang terus membebani dolar AS.
Sebelumnya, data Penjualan Ritel zona Euro untuk Oktober kembali turun dan meleset dari ekspektasi, mempertegas lemahnya konsumsi rumah tangga sebagai mesin pertumbuhan kawasan. Di sisi lain, Indeks Harga Impor justru melampaui perkiraan, mencerminkan tekanan biaya yang perlu diwaspadai, sementara tingkat pengangguran bertahan stabil meski penciptaan lapangan kerja tercatat lebih lemah. Dari Prancis, data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal terbaru sesuai dengan proyeksi awal, namun inflasi konsumen berada di level yang sama dengan bulan sebelumnya, berlawanan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan tekanan harga meningkat.
Kombinasi data yang tidak memberikan arah jelas ini menciptakan kebingungan di kalangan trader, terutama di saat bank sentral Eropa masih berhati-hati dalam memberikan petunjuk kebijakan. Ketidakmampuan data makro zona euro untuk memberikan narasi kuat juga membuat euro sulit mempertahankan momentum, terlebih ketika sebagian besar kenaikannya dalam beberapa pekan terakhir lebih dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS ketimbang kekuatan fundamental internal.
Aktivitas perdagangan pada hari Jumat diperkirakan relatif sepi. Pasar AS masih beroperasi dalam kapasitas terbatas akibat libur Thanksgiving, sementara gangguan teknis di pusat data CME Group sempat menghambat transaksi di platform perdagangan valasnya. Volatilitas rendah ini berpotensi membuat EURUSD bergerak dalam kisaran ketat, namun tetap rentan terhadap reaksi pasar terhadap data inflasi Jerman.
Hanya Menunggu Waktu, Emas Siap Tembus Level 4.200
Emas kembali menarik minat beli pada sesi perdagangan terakhir November, didorong oleh meningkatnya spekulasi bahwa Federal Reserve akan kembali memangkas suku bunga pada pertemuan Desember. Para pelaku pasar terlihat tidak terlalu terpengaruh oleh penguatan tipis dolar AS maupun sentimen risiko yang relatif positif. Secara teknikal, keluarnya harga dari zona konsolidasi pekan ini menjadi sinyal awal potensi kelanjutan reli logam mulia tersebut.
Instrumen emas, yang biasa disimbolkan XAUUSD, terlihat membutuhkan validasi tambahan sepanjang pekan ini. Harga berhasil menembus area konsolidasi di kisaran 4.142–4.147 dalam dua hari terakhir, setelah pembukaan yang cukup meyakinkan di sesi Asia. Meski sempat tertahan saat memasuki sesi Eropa, emas tetap mampu bergerak menuju level tertinggi dua minggu, meski masih belum mampu melampaui area 4.200 di tengah sinyal fundamental yang beragam.
Faktor utama yang terus menopang kenaikan emas adalah meningkatnya keyakinan pasar terhadap peluang pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve pada Desember mendatang. Kenaikan intraday sejak sesi Asia juga menunjukkan bahwa pelaku pasar regional telah mengambil langkah awal posisi beli. Jika momentum ini bertahan, tidak tertutup kemungkinan emas menembus dan bertahan di atas 4.200 pada sesi Eropa maupun Amerika.
Di sisi lain, dolar AS tampak mencoba melanjutkan rebound yang terjadi pada sesi sebelumnya, bangkit dari level terendah mingguan. Penguatan mata uang tersebut turut membatasi kenaikan emas, bersamaan dengan sentimen positif terhadap aset berisiko akibat prospek pelonggaran kebijakan moneter AS serta harapan kemajuan diplomasi Rusia–Ukraina. Meskipun demikian, tren XAUUSD secara keseluruhan masih berada dalam jalur bullish mingguan, dan pasar tampaknya mengabaikan hambatan-hambatan tersebut.
Emas Terus Mempertahankan Bias Bullish
Pertanyaan yang muncul adalah: apa yang mampu menjaga traksi kuat emas minggu ini di tengah spekulasi pemotongan suku bunga, kenaikan moderat dolar AS, dan sentimen risiko yang cenderung positif?
Pernyataan bernada dovish dari sejumlah pejabat Federal Reserve baru-baru ini menegaskan bahwa pemotongan suku bunga Desember bukanlah kemungkinan yang dapat diabaikan. Rangkaian data ekonomi AS yang dirilis pekan ini, meski bervariasi, tidak cukup untuk mengubah ekspektasi tersebut. Hal ini mendorong emas—yang tidak memberikan imbal hasil—menuju level tertinggi dua pekan selama sesi Asia pada Jumat.
Selain itu, laporan terbaru menyebutkan bahwa penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, muncul sebagai kandidat kuat Ketua Federal Reserve selanjutnya. Ia diperkirakan akan mengakomodasi seruan Presiden Donald Trump untuk pemotongan suku bunga yang agresif. Informasi ini ikut menyeimbangkan penguatan dolar AS dan memberikan dukungan tambahan bagi komoditas.
Dari kawasan Laut Hitam, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa revisi proposal AS dapat menjadi dasar perjanjian masa depan terkait Ukraina, tetapi hanya jika Ukraina menarik pasukan dari wilayah yang diklaim Rusia. Putin juga menegaskan bahwa Rusia akan mengambil wilayah tersebut dengan paksa jika syarat itu tidak dipenuhi, sementara Ukraina tetap menolak menyerahkan wilayahnya. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengingatkan bahwa kesepakatan masih jauh dari kata final, sementara Trump menyatakan bahwa perdamaian sudah mendekati kesepakatan. Situasi ini menjaga risiko geopolitik tetap tinggi dan memberikan keuntungan bagi emas sebagai aset safe-haven.
Tidak ada rilis data ekonomi penting dari AS pada Jumat, sehingga pergerakan XAUUSD bergantung sepenuhnya pada sentimen pasar terkait ekspektasi pemotongan suku bunga dan dinamika risiko global. Secara fundamental, emas memiliki peluang untuk melanjutkan kenaikan dan menutup hari serta pekan terakhir November dengan performa positif. Meski begitu, potensi koreksi akibat aksi ambil untung tetap perlu diantisipasi.
EURUSD Terkoreksi, Data Keyakinan Konsumen Zona Euro Gagal Meyakinkan Pasar
Euro melemah terhadap dolar AS pada pekan ini setelah sebelumnya mencatat kenaikan selama tiga hari beruntun yang sempat membawa EURUSD naik kembali di atas level 1.1600. Data Keyakinan Konsumen Zona Euro yang relatif stabil, ditambah dengan penguatan tipis dolar AS dari level terendahnya, membuat mata uang bersama tersebut bergerak korektif. Sentimen pasar masih dibayangi ekspektasi kuat mengenai pemotongan suku bunga The Fed, yang seharusnya dapat menahan laju penguatan Greenback.
EURUSD terlihat mencatat penurunan moderat menjelang pertengahan sesi Eropa, diperdagangkan di kisaran 1.1580 setelah gagal bertahan di atas 1.1600 pada Kamis pagi. Data Keyakinan Konsumen Zona Euro tidak memberikan kejutan berarti bagi investor, meskipun pasar tetap yakin bahwa Federal Reserve akan melonggarkan kebijakan moneternya lebih lanjut—sebuah faktor yang mestinya menekan dolar AS.
Pada awal sesi Eropa, Survei Keyakinan Konsumen GfK Jerman untuk Desember tercatat membaik ke -23,2 dari -24,1 pada November. Namun, dampaknya terhadap pergerakan Euro cenderung minimal karena pasar lebih fokus pada prospek kebijakan bank sentral.
Dari sisi Amerika Serikat, data ekonomi yang dirilis Rabu menunjukkan pesanan barang tahan lama tumbuh lebih tinggi dari perkiraan, sementara klaim pengangguran mingguan mengalami penurunan. Meskipun demikian, laporan tersebut tidak mengubah ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember.
Selain itu, kabar mengenai Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett—yang dikenal mendukung pelonggaran kebijakan moneter dan disebut sebagai kandidat pengganti Jerome Powell ketika masa jabatannya berakhir pada Mei—semakin memperkuat spekulasi bahwa bank sentral dapat menerapkan dua hingga tiga kali pemotongan suku bunga tambahan pada 2026.
Volume perdagangan diperkirakan tetap rendah pada Kamis akibat libur Thanksgiving di AS. Di Eropa, risalah terbaru rapat kebijakan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) berpotensi memberi petunjuk tambahan bagi prospek pergerakan Euro, terutama terkait kesiapan ECB merespons perlambatan inflasi dan aktivitas ekonomi.
Tertahan di Bawah Puncak Dua Pekan, Emas Menjaga Tren Kenaikan Mingguan
Harga emas bergerak turun tipis pada perdagangan Kamis, dipengaruhi oleh sentimen pasar yang lebih percaya diri sehingga memicu aksi ambil untung. Tingginya selera risiko dan optimisme terkait peluang tercapainya kesepakatan damai Rusia–Ukraina menjadi faktor yang menahan laju kenaikan komoditas ini. Sementara itu, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter Fed membuat dolar AS melemah, jalan bagi emas mempertahankan momentum.
Pada sesi Asia, XAUUSD melemah dan bergerak di bawah level tertinggi hampir dua minggu yang sempat disentuh sehari sebelumnya. Emas diperdagangkan di sekitar 4.156 setelah sebelumnya dibuka pada 4.163, menandakan upaya pasar menjaga momentum kenaikan mingguan tetap hidup.
Ekspektasi penurunan suku bunga AS masih menjadi pendorong sentimen positif, meski peluang tercapainya perdamaian Rusia–Ukraina bisa menahan minat terhadap aset safe-haven seperti emas. Kondisi ini, ditambah volume perdagangan yang cenderung menipis karena libur Thanksgiving di AS, mendorong aliran dana menjauh dari logam mulia.
Pekan ini, serangkaian data ekonomi AS yang hasilnya beragam hanya memberi sedikit perubahan pada pandangan bahwa The Fed kemungkinan kembali memangkas suku bunga pada Desember. Sikap yang lebih dovish tersebut menjaga dolar AS dekat level terendah dalam lebih dari seminggu, sehingga mendukung emas yang tidak menawarkan imbal hasil. Dengan kondisi ini, setiap penurunan harga diperkirakan akan terbatas dan lebih dipandang sebagai peluang akumulasi, sehingga pelaku pasar perlu berhati-hati jika ingin menekan XAUUSD lebih jauh.
Dari sisi teknikal, bias emas masih cenderung positif dengan pergerakan di area 4.140–4.160. Jika mampu menembus 4.165, XAUUSD berpotensi menguat menuju 4.173 sebagai batas atas mingguan berikutnya. Namun bila harga tidak mampu bertahan di atas 4.150, koreksi dapat berlanjut menuju 4.140 sebelum menguji area 4.130.
Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Kembali Menekan Indeks Dolar AS
Harapan pasar bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga pada Desember kembali membebani kinerja dolar AS. Ekspektasi ini menguat meskipun data terbaru menunjukkan klaim tunjangan pengangguran awal turun ke level terendah sejak April dan pesanan barang tahan lama AS meningkat pada September.
Indeks Dolar AS tertekan hingga mendekati 99,45 pada sesi awal perdagangan Eropa, Kamis. Penurunan ini membuatnya berada di jalur koreksi mingguan terbesar sejak Juli, setelah sebelumnya merosot dari level tertinggi enam bulan yang tercapai pekan lalu. Optimisme pelonggaran kebijakan moneter The Fed, ditambah komentar bernada dovish dari sejumlah pejabat bank sentral, menjadi pemicunya. Berdasarkan CME FedWatch, pasar kini menilai peluang penurunan suku bunga bulan depan mencapai 83%, naik signifikan dari sekitar 50% pada pekan lalu.
Di awal pekan, Gubernur The Fed Christopher Waller menyampaikan bahwa data yang tersedia menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja cukup lemah untuk mendukung pemangkasan suku bunga sebesar 0,25% pada pertemuan Desember. Senada dengan itu, Presiden Fed San Francisco Mary Daly menilai penurunan suku bunga perlu dilakukan karena risiko penurunan tajam di pasar tenaga kerja lebih besar dan lebih sulit ditangani dibandingkan ancaman inflasi yang kembali meningkat.
Meski begitu, serangkaian data ekonomi yang lebih solid berpotensi menahan pelemahan dolar AS. Pesanan barang tahan lama pada September tercatat naik 0,5%, menurut Biro Sensus AS, melanjutkan kenaikan 3% pada Agustus dan melampaui perkiraan pasar sebesar 0,3%.
Selain itu, klaim pengangguran awal untuk pekan yang berakhir 22 November turun menjadi 216.000, lebih rendah dari laporan sebelumnya dan juga berada di bawah ekspektasi pasar di 225.000.
Yen Jepang Tak Terpengaruh Spekulasi Kenaikan Suku Bunga BoJ
Yen Jepang kesulitan memanfaatkan penguatan intraday yang moderat imbas sentimen pasar yang optimis dan kekhawatiran fiskal mendorong aksi jual untuk Yen Jepang yang merupakan aset safe haven. Tapi, ekspektasi kebijakan BoJ-Fed yang berbeda dapat membatasi potensi kenaikan signifikan USDJPY.
Yen Jepang lanjutkan penurunan setelah sempat koreksi dari level terendah intraday terhadap dolar AS yang melemah pada Rabu ini dalam satu setengah minggu, dan memperbarui level terendah hariannya selama paruh pertama sesi Eropa. Hingga saat ini, USDJPY diperdagangkan di sekitar level 156.35, setelah dibuka dari level 156.06 di awal perdagangan Rabu sesi Asia.
Reaksi pasar awal terhadap laporan bahwa Bank of Japan (BoJ) memperkuat pesan kenaikan suku bunga ternyata bersifat sementara, karena prospek pengetatan kebijakan lebih lanjut pada Desember atau Januari masih sangat seimbang. Selain itu, kekhawatiran kondisi fiskal Jepang yang memburuk atas sikap pro-stimulus PM Sanae Takaichi, dan sentimen risk-appetite yang dominan, menjadi faktor utama yang melemahkan Yen sebagai mata uang safe-haven.
Sementara itu, data yang dirilis hari ini menegaskan pandangan BoJ bahwa pasar tenaga kerja yang ketat akan terus mendorong kenaikan upah dan inflasi sektor jasa. Hal ini memperkuat ekspektasi untuk BoJ segera menaikkan suku bunga, yang menandai perbedaan signifikan dibandingkan dengan penerimaan yang semakin luas bahwa Federal Reserve AS (Fed) akan menurunkan suku bunga pada Desember.
Kenaikan suku bunga Fed ini membuat dolar AS tertekan dekat level terendah dalam seminggu dan menjadi faktor yang akan membatasi kenaikan pasangan USDJPY lebih lanjut di tengah spekulasi bahwa pemerintah Jepang mungkin akan campur tangan untuk menghentikan pelemahan yen lebih lanjut. Para trader kini menantikan data makro AS yang tertunda untuk dorongan baru selama sesi Amerika Utara.
Investor Emas Tampak Mulai Dapat ‘Membaca’ Proyeksi Suku Bunga Fed
Emas tampaknya mulai cukup stabil mempertahankan traksi kenaikannya, kembali menguat pada hari Rabu setelah perdagangan di hari kemarin konsolidasi di tengah meningkatnya spekulasi penurunan suku bunga The Fed pada bulan Desember, yang membuat dolar AS merosot ke level terendah satu minggu, yang menguntungkan komoditas tersebut. Sementara sentimen risiko yang positif dan harapan akan kesepakatan damai antara Rusia – Ukraina dapat membatasi pergerakan logam mulia ini.
Emas (XAUUSD) mendapatkan permintaan baru setelah bergerak dalam dua arah yang membuat bullion konsolidasi pada hari sebelumnya menyusul kenaikan signifikan di awal perdagangan pekan ini dan naik ke level tertinggi baru dalam satu setengah minggu, di atas level 4.160 selama sesi Asia pada Rabu.
Data makroekonomi AS yang dirilis pada Selasa menunjukkan tanda-tanda pendinginan inflasi AS dan berpotensi membuat Federal Reserve (Fed) untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga lebih lanjut. Proyeksi ini menimbulkan optimisme di pasar, yang pada gilirannya, menyeret indeks dolar AS kembali turun ke level terendah satu minggu dan yield obligasi 10 tahun AS yang juga menurun, menguntungkan logam kuning yang tidak menghasilkan imbal hasil.
Meski demikian, masih diperlukan kehati-hatian, mengingat di sisi lain, prospek suku bunga AS yang lebih rendah justru berpotensi mendorong minat investor terhadap aset berisiko. Nada optimis di pasar saham global bukan tidak mungkin menahan trader agresif pada emas sebagai aset safe-haven. Selain itu, kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina juga dapat membatasi kenaikan emas lebuh lanjut.
Secara fundamental saat ini cenderung mendukung kenaikan XAUUSD lebih lanjut, karena investor kini menantikan data AS lebih lanjut untuk mendapatkan dorongan.
Data Ekonomi Dan Proyeksi Penurunan Suku Bunga Fed
Data terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Selasa menunjukkan, Indeks Harga Produsen (PPI) Inti AS 0.1% lebih rendah dari perkiraan 0.2% di Oktober, meski naik dari -0.1% laporan di September. PPI secara menyeluruh sesuai dengan ekspektasi 0.3%, meski naik dari laporan sebelumnya yakni 0.1%.
Terpisah, Biro Sensus AS melaporkan bahwa Penjualan Ritel hanya tumbuh 0,2% secara bulanan, di bawah perkiraan konsensus sebesar 0,4% dan mengikuti kenaikan 0,6% di September. Selain itu, Indeks Keyakinan Konsumen Conference Board turun ke level terendah dalam tujuh bulan pada November di tengah kekhawatiran tentang pasar tenaga kerja yang lesu.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve New York John Williams mengatakan pada Jumat lalu bahwa suku bunga dapat turun dalam waktu dekat tanpa mengancam target inflasi bank sentral. Namun, Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan awal pekan ini bahwa pasar tenaga kerja cukup lemah untuk membenarkan pemotongan suku bunga sebesar 0,25% pada pertemuan Desember.
Gubernur Stephen Miran juga mengemukakan pandangan dovish dan mengatakan dalam wawancara televisi pada Selasa bahwa pasar tenaga kerja dan ekonomi yang memburuk memerlukan pemotongan suku bunga besar-besaran untuk membawa kebijakan moneter ke posisi netral.
Para pelaku pasar merespons faktor-faktor di atas dan kini memperkirakan peluang bank sentral AS akan menurunkan biaya pinjaman sebesar 25 basis poin bulan depan sebesar sekitar 85%.
Dolar AS turun ke level terendah di hampir seminggu setelah data yang kurang mengesankan, yang tertunda akibat penutupan pemerintah AS terlama dalam sejarah, dan meningkatnya taruhan dovish terhadap The Fed. Hal ini, pada gilirannya, membantu emas yang tidak menghasilkan imbal hasil untuk kembali mendapatkan momentum positif selama sesi Asia pada Rabu, setelah pergerakan harga dua arah pada hari sebelumnya.
Presiden Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada Selasa bahwa Ukraina siap untuk mendorong kerangka kerja yang didukung AS untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Selain itu, Presiden AS Donald Trump mundur dari menetapkan batas waktu untuk mencapai kesepakatan damai dan mengatakan bahwa utusan khusus AS, Steve Witkoff, akan berkunjung ke Moskow untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin minggu depan.
Para pedagang kini menantikan agenda ekonomi AS pada Rabu – termasuk rilis tertunda Pesanan Barang Tahan Lama, serta data mingguan Klaim Pengangguran Awal dan Indeks Manajer Pembelian Chicago. Selain itu, komentar dari anggota FOMC yang berpengaruh akan memainkan peran kunci dalam mendorong permintaan USD dan menciptakan peluang jangka pendek di sekitar pasangan XAUUSD.













