China Perkuat Inovasi dalam Industri Mobil Pintar

0
26

China akan mendukung perusahaan-perusahaan dalam rantai pasok kendaraan pintar untuk membentuk konsorsium-konsorsium yang didedikasikan untuk menyebarkan inovasi, kata media pemerintah pada Senin (2/10).

Beijing tengah berlomba dengan waktu untuk menetapkan standar fungsi swakemudi dan berkemudi dengan bantuan pada tahun 2025.

China, yang merupakan pasar otomotif terbesar di dunia, telah menetapkan target pencapaian standar itu pada Juli lalu.

Negara tersebut juga telah menjadikan kendaraan terkoneksi pintar (ICV) sebagai fokus strategi jangka panjang dalam upayanya menjadi pemimpin global di industri yang masih baru itu.

Beijing akan mendukung perusahaan-perusahaan untuk membentuk “konsorsium inovasi,” yang memungkinkan mereka mempelajari kekuatan satu sama lain untuk mencapai terobosan teknologi, kata kantor berita resmi Xinhua.

Mengutip Wakil Menteri Industri dan Informasi Teknologi Xin Guobin, kantor berita itu menambahkan bahwa China ingin mempercepat perumusan dan perbaikan standar-standar utama.

Meskipun level 1 merupakan kategori yang paling tidak pintar atau terotomatisasi dari lima kategori kendaraan otonom di China, data resmi menunjukkan bahwa pada paruh pertama tahun 2023 terdapat lebih dari 42% kendaraan penumpang baru yang sudah mencapai level 2.

Kendaraan dalam kategori itu dapat menangani fungsi mengemudi, meski pengemudi manusia harus selalu siap mengambil alih ketika kondisi jalan berubah.

Di tengah upaya China mendorong otomatisasi level 3, di mana kendaraan dapat melaju sendiri dalam kondisi tertentu, Apollo Go dari Baidu memimpin.

Perusahaan itu mendapatkan lisensi pada Juni lalu untuk menjalankan layanan taksi swakemudi secara komersial di beberapa bagian Kota Shenzhen.

Hal itu menjadikan kota pusat teknologi itu sebagai kota keempat di China yang menawarkan layanan semacam itu, menyusul pusat Kota Wuhan, Kota Chongqing dan Ibu Kota Beijing.

China bertujuan untuk menguasai inti teknologi kendaraan swakemudi canggih dan pada akhirnya menerjunkan kendaraan-kendaraan itu di jalanan dalam upaya menjadi pemain terdepan dalam industri itu secara global.

Akan tetapi, perusahaan seperti Baidu dan pengembang lainnya asal China menghadapi hambatan geopolitik karena AS memberlakukan pembatasan ekspor teknologi.

Selain itu, mereka juga menghadapi persaingan ketat dari perusahaan Barat, seperti Tesla, dalam meningkatkan teknologi.