Harga Minyak Kembali Tertekan Hebat

0
101

JAVAFX – Harga minyak kembali tertekan hebat jelang akhir perdagangan mingguan sore ini, terkendala masih tingginya produksi minyak AS dan investor khawatir jelang rilisnya data Baker Hughes nanti malam.
Laporan American Petroleum Institute kemarin pagi menyatakan bahwa stok minyak AS mengalami penurunan kembali di minggu lalu sebesar 5,8 juta barel menjadi total 503,7 juta barel. Penurunan ini terjadi menurut API karena beberapa kilang minyak AS ada yang ditutup kembali serta beberapa dalam kondisi pemeliharaan.
Kemudian semalam Energy Information Administration melaporkan bahwa persediaan minyak pemerintah AS minggu lalu mengalami penurunan sebesar 6,3 juta barel. Angka tersebut lebih besar dari perkiraan S&P Global Platts yang turun 1,6 juta barel dan lebih besar juga dibanding pernyataan American Petroleum Institute sebesar 5,8 juta barel.
Stok bensin juga mengalami penurunan sebesar 3,7 juta barel dan stok minyak destilasi juga turun sebesar 1,9 juta barel di minggu lalu. Sedangkan perkiraan S&P Global Platts memperkirakan bahwa stok bensin akan turun 1 juta barel dan minyak destilasi atau minyak suling mengalami kenaikan 500 ribu barel.
EIA juga melaporkan bahwa produksi minyak AS mengalami kenaikan 88 ribu barel perhari menjadi total 9,338 juta barel perhari. Sejauh ini produksi minyak AS seminggu lalu naik 1%, dan total sudah mencapai 10% dalam 6 bulan perjalanan tahun ini.
Turunnya persediaan milik pemerintah AS tersebut menandakan bahwa permintaan dan konsumsi minyak dalam negeri AS juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan sehingga beruntung bahwa produksi minyak dalam negeri AS dapat mengimbanginya.
Menurunnya stok minyak AS tadi pagi, namun produksi minyak AS yang kembali naik membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Agustus di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $1,13 atau 2,48% di level $44,39 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $1,09 atau 2,27% di harga $47,02 per barel.
Sepertinya Rusia beranggapan bahwa produksi minyak AS yang tinggi akan menjadi kenyataan bahwa komitmen pemangkasan OPEC tersebut akan sia-sia, apalagi ekspor minyak OPEC sendiri di Juni lalu menjadi 25,92 juta barel perhari atau naik 450 ribu barel perhari dari bulan sebelumnya. Angka tersebut lebih tinggi 1,92 juta barel perhari dibanding tahun lalu, demikian ungkap Thomson Reuters tadi pagi. Menurut Morgan Stanley sendiri telah memperingatkan investor minyak dunia, bahwa kondisi harga minyak diantara $45 hingga $50 perbarel sendiri merupakan peringatan keras bagi OPEC dan produsen minyak dunia lainnya termasuk AS.
Pendapat Morgan Stanley tadi mempunyai kesimpulan bila harga sulit bergerak naik, sehingga OPEC harus lebih memperbesar kuota pemangkasan produksi minyaknya, disertai pula secara otomatis bila harga tetap rendah maka produksi minyak AS juga akan ikut menurun.
Hari ini investor minyak menantikan data Baker Hughes mengenai jumlah rig yang aktif atau tidak di seminggu lalu. Seperti kita ketahui bahwa minggu lalu untuk pertama kalinya sejak 23 minggu lalu Baker Hughes selalu menyatakan jumlah kilang minyak AS ada yang diaktifkan kembali, kali ini Baker Hughes menyatakan 2 kilang minyak telah di non-aktifkan lagi.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: Financial Tribune