Harga Minyak Turun, Koreksi Teknis Dari Kenaikan Pasokan AS

0
82
SIGNAL HILL, CA - MARCH 5: Pumps draw petroleum from oil wells through the night as the cost of crude oil tops $104 per barrel in its surge to new record high prices March 5, 2008 in Signal Hill, California. The cost of crude has California drivers paying more than ever. Statewide gas prices are now 58 cents a gallon higher than the same time last year. (Photo by David McNew/Getty Images)

JAVAFX – Harga minyak mentah berjangka AS berakhir lebih rendah pada hari Kamis (21/02) setelah laporan pemerintah AS mengungkapkan bahwa pasokan domestik naik selama lima minggu berturut-turut karena produksi melonjak ke level rekor, tetapi tanda-tanda keseluruhan penurunan dalam output di seluruh dunia menutup penurunan harga untuk sesi ini.

Harga kedua jenis minyak pada hari Rabu telah sampai ke posisi termahalnya sejak November silam. Kenaikan didorong oleh pengetatan produksi minyak mentah global.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman bulan April, harus turun 20 sen, atau 0,4%, ke $ 56,96 per barel. Sementara untuk kontrak bulan Maret telah naik selama enam sesi berturut-turut di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk menetap di harga tertinggi selama tiga bulan ini pada kisaran harga $ 56,92 di hari Rabu kemarin, yang merupakan hari berakhirnya kontrak.

Sementara harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman bulan April sedikit berubah, dengan beringsut lebih rendah satu sen menjadi $ 67,07 per barel di ICE Futures Europe.

Lembaga Informasi Energi, melaporkan bahwa pasokan minyak mentah AS naik dalam sepekan berturut-turut, sebesar 3,7 juta barel untuk pekan yang berakhir 15 Februari. Kenaikan ini sedikit lebih dari kenaikan 3,5 juta barel yang diperkirakan oleh analis yang disurvei oleh S&P Global Platts. Data persediaan dirilis sehari lebih lambat dari biasanya karena liburan Hari Presiden pada Senin kemarin.

Data American Petroleum Institute pada hari Rabu menunjukkan peningkatan 1,3 juta barel. Dimana terjadi kenaikan impor minyak membuat kenaikan stok minyak mentah AS. Sementara Produksi minyak A.S. juga terus mencapai tingkat rekor, sebagaimana laporan EIA yang menunjukkan total produksi domestik naik 100.000 barel ke rekor 12 juta barel per hari minggu lalu. Secara terpisah, dalam Laporan bulanan EIA yang dikeluarkan Selasa menunjukkan ekspektasi untuk kenaikan 84.000 barel per hari pada Maret menjadi 8.398 juta barel per hari untuk produksi minyak dari tujuh shale play besar AS.

Dengan jumlah produksi mencapai angka 12 juta bare per hari, pelaku industri minyak AS berharap angka itu akan meningkat dalam minggu-minggu dan bulan-bulan mendatang ketika pipa-pipa baru di Permian yang merupakan cekungan di barat daya AS, sedang online karena perbaikan.

Melihat gambaran yang lebih besar, harga minyak tetap lebih tinggi untuk minggu ini, didorong oleh meningkatnya optimisme bahwa AS dan China dapat mencapai kesepakatan perdagangan. Para negosiator mulai menjabarkan kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, Reuters melaporkan Rabu malam. Berita itu awalnya membantu mendorong saham dan aset lain yang dipandang berisiko ke atas.

Namun, dengan munculnya angka-angka ekonomi dari data ekonomi Eropa dan Cina dan sekarang AS menunjukkan kelemahan jika kesepakatan perdagangan tidak tercapai dan tarif naik. Dikhawatirkan bahwa pelemahan ini akan mengakibatkan gangguan pada permintaan minyak mentah. Sementara jika Arab Saudi tidak terus memotong produksi mereka guna mengimbangi produksi AS dan meningkatnya tarif, kita bisa membayangkan pasokan yang akan berlimpah di musim semi ini.

Terlebih dengan latar belakang saat ini dimana secara terus menerus ada bukti tentang menyusutnya pasokan global karena pengurangan produksi yang dipimpin OPEC. OPEC dan 10 produsen mitra di luar kartel, yang dipimpin oleh Rusia, akhir tahun lalu sepakat untuk menahan produksi minyak mentah oleh 1,2 juta barel per hari untuk paruh pertama tahun ini dalam upaya menyeimbangkan kembali pasar yang kelebihan pasokan dan mendorong harga. Produksi OPEC juga telah menurun sebagai akibat sanksi AS terhadap industri minyak anggota kartel Iran dan Venezuela, yang keduanya dibebaskan dari kesepakatan pemotongan produksi terbaru. (WK)