Kasus Baru Covid-19 di China Turun Namun Jumlah Kematian Melewati 2.000 Jiwa

0
180
Microscopic illustration of the spreading 2019 corona virus that was discovered in Wuhan, China. The image is an artisic but scientific interpretation, with all relevant surface details of this particular virus in place, including Spike Glycoproteins, Hemagglutinin-esterase, E- and M-Proteins and Envelope.

JAVAFX – Pemerintah China mengumumkan pada hari Rabu (19/2) pagi bahwa korban meninggal akibat terinfeksi virus corona di Provinsi Hubei terus bertambah, kali ini korbannya melewati 2.000 jiwa meskipun jumlah kasus baru turun dalam dua hari berturut-turut karena pihak berwenang melakukan penanganan dengan  mencegah penyebaran wabah virus tersebut yang kembali menelan korbannya.

Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan angka-angka terbaru membawa jumlah total kasus di Tiongkok menjadi lebih dari 74.000 dengan 2.004 kematian, tiga perempat di antaranya terjadi di ibukota provinsi Hubei, Wuhan. Kota berpenduduk 11 juta orang, tempat virus pertama kali muncul tahun lalu saat ini berada di bawah penguncian untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

Dengan 1.749 kasus infeksi koronavirus baru yang dikonfirmasi, kenaikan harian terendah sejak 29 Januari. Sementara provinsi Hubei, pusat wabah juga melaporkan jumlah infeksi baru terendah sejak 11 Februari.

Para pejabat Cina mengatakan bahwa penurunan yang terlihat pada tingkat infeksi adalah bukti bahwa virus tersebut sedang dikendalikan, tetapi para pejabat kesehatan global mengatakan masih terlalu dini untuk memprediksi penyebarannya akan cepat berakhir atau masih terus menyebarkan terror kematian.

Kepala rumah sakit terkemuka di Wuhan, tempat virus itu diyakini berasal, meninggal karena penyakit yang sama pada Selasa kemarin, petugas kesehatan ketujuh yang meninggal karena penyakit tersebut, yang dikenal sebagai COVID-19.

Media pemerintah China melaporkan bahwa Hubei akan mengambil langkah-langkah yang lebih kuat untuk menemukan pasien yang diduga memiliki ciri-ciri yang sama dengan orang yang terinfeksi virus tersebut dan langkah-langkah yang telah diambil untuk mengisolasi provinsi tersebut.

Dikutip dari lama Xinhua yang diberitahu oleh kantor pusat pengendalian wabah tersebut menjelaskan bahwa pemerintah setempat akan memeriksa semua pasiem yang memiliki riwayat atau diduga terinfeksi Covid-19 yang telah mengunjungi dokter pada bulan Januari lalu dan orang-orang yang telah membeli obat batuk serta demam yang dijual bebas di toko obat.

Ketua program kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Mike Ryan, mengatakan Cina berhasil dengan meredam keganasan virus pertama di Hubei dan memastikan bahwa orang-orang yang kembali ke Beijing dari liburan Tahun Baru Imlek masih tetap dipantau.

“Saat ini, pendekatan strategis dan taktis di Cina adalah yang benar,” kata Ryan.

Jumlah kasus baru di Cina daratan tidak termasuk Hubei kini telah turun selama 15 hari berturut-turut. Jumlah infeksi ex-Hubei baru mencapai 56 pada Februari. 18, turun dari puncak 890 pada 3 Februari.

Kumpulan infeksi terbesar di luar China berada di kapal pesiar di karantina di Jepang, di mana lebih dari 540 dari 3.700 penumpang dan kru dinyatakan positif.

Pejabat dan media setempat mengungkapkan bahwa sekitar 500 penumpang dijadwalkan untuk turun pada hari Rabu, meskipun mereka yang berbagi kamar dengan orang-orang yang dinyatakan positif harus tinggal lebih lama. Banyak dari mereka yang terinfeksi sudah dipindahkan ke rumah sakit. Sekitar setengah dari penumpang adalah orang Jepang.

Meskipun ada kekhawatiran global tentang dampak ekonomi dari penyakit itu, duta besar China untuk Uni Eropa mengatakan bahwa akan melambat, namun Beijing masih memiliki sumber daya yang cukup untuk memperbaiki perekonomain jika diperlukan.

Televisi pemerintah Tiongkok mengutip pernyataan Presiden Xi Jinping yang mengatakan bahwa Tiongkok masih dapat memenuhi target pertumbuhan ekonominya untuk tahun 2020 meskipun ada kekhawatiran tentang Covif-19.