Senat Konfrimasi Mantan Duta Besar Sebagai Pemimpin CIA

0
19

Bagian penting lain dari tim Presiden Joe Biden terbentuk pada Kamis (18/3), Senat mengonfirmasi mantan dubes William Burns untuk memimpin Badan Intelijen Pusat (Central Intelligence Agency/CIA).

Para Senator tidak melakukan pemungutan suara lagi dan secara bulat menyetujui Burns, beberapa jam setelah penundaan nominasinya dibatalkan.

Burns dipuji baik Demokrat maupun Republik menyusul kesaksiannya di hadapan Komite Intelijen Senat, dan Ketua Komite Senator Mark Warner menyebut dukungan bipartisan itu sebagai “bukti kualifikasi kandidat yang tidak tertandingi lagi.” Namun, Burns sebelumnya dihadapkan pada sebuah rintangan bulan ini ketika Senator Ted Cruz menunda proses nominasi dengan mengutip keberatannya dalam penanganan jaringan pipa gas alam Nord Stream 2 milik Rusia oleh pemerintahan Biden.

Cruz membatalkan penundaan itu pada Kamis (18/3) setelah Menteri Luar Negeri Antony Blinken menerbitkan sebuah peringatan terhadap negara-negara yang berpartisipasi dalam proyek Rusia itu akan dikenakan sejumlah sanksi.

Dengan konfirmasi Senat pada Kamis itu, Burns yang berusia 64 tahun itu menjadi diplomat karier pertama yang memimpin instansi mata-mata Amerika.

Mantan pejabat intelijen mengemukakan ia harus segera mengatasi beberapa tantangan, termasuk keprihatinan terhadap moral dalam CIA yang berasal dari beberapa keluhan bahwa produk-produk intelijen dipolitisasi ketika mantan Presiden Trump berkuasa.

“Politik harus dihentikan ketika menyangkut intelijen,” kata Burns kepada para anggota kongres selama sidang konfirmasi dirinya Februari lalu.

Ia berjanji akan menjunjung kredo “berbicara jujur kepada kekuasaan.” Burns mengungkapkan Presiden Biden berpesan “Ia ingin CIA itu memberikan intelijen yang jujur.” Burns juga berjanji akan bersikap jujur dan membela mereka yang melakukan hal yang sama.” Berkaitan dengan sejumlah tantangan eksternal, mantan pejabat dan anggota kongres menyatakan, pengalaman Burns selama puluhan tahun sebagai diplomat, termasuk tugas di Rusia dan Timur Tengah, dapat memberi manfaat dalam menjalankan tugasnya.

Burns memberitahu para anggota kongres prioritas utamanya adalah menanggapi China sekaligus menegaskan, “sikap Beijing yang agresif, ambisi dan nekad itu harus diwaspadai secara cermat.

Burns juga memperingatkan agar badan mata-mata AS itu tidak boleh menganggap remeh Rusia, Iran, dan beberapa negara lain yang tidak bersahabat.

Mantan pejabat intelijen menyatakan daftarnya panjang.

“CIA tidak bisa mengalihkan perhatian dari ancaman terorisme, dan tantangan serius dari Rusia dan Iran,” kata Larry Pfeiffer, mantan kepala staf CIA kepada VOA.

“CIA juga perlu bekerja sama dengan komunitas intelijen yang lebih luas, dan pengguna intelijen untuk menentukan tingkat dukungan CIA yang tepat dalam menghadapi tantangan yang semakin penting seperti kesehatan global, perubahan iklim, dan ancaman di dunia siber.”