Suriah Belum Reda Bikin Harga Emas Tetap Panas

0
67

JAVAFX – Suriah belum reda bikin harga emas tetap panas pada perdagangan sore hari ini di mana investor masih lebih khawatir bila tiba-tiba rudal dari Sekutu meluncur ke arah Suriah, sehingga safe haven langsung merebak kembali.

Hal ini membuat harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex sementara melemah $0,40 atau 0,03% di level $1342,30 per troy ounce. Harga perak untuk sementara menguat setelah konflik AS dengan China ini akan mereda dan tensi Suriah yang juga terus memanas.

Pusat kontrol lalu lintas udara Eropa, Eurocontrol masih tetap siaga sebagai upaya mempersiapkan diri apabila rudal-rudal serta pesawat terbang militer Sekutu dalam waktu 72 jam ke depan akan diluncurkan untuk menggempur Suriah. Kondisi ini membuat investor was-was terhadap ketegangan geopolitik di kawasan tersebut, di mana kekhawatiran perang terbuka antara AS dengan Rusia bisa saja terjadi. Tentunya kondisi seperti ini bisa diartikan sebagai waktunya pengamanan aset-asetnya.

Presiden Trump sendiri sudah bertemu dengan Menteri Pertahanan AS John Mattis untuk membahas rancangan serangan militer ke Suriah. Mattis sendiri sangat yakin berdasar dari intelijennya dan dari sumber Perancis, bahwa Rusia dan Suriah menggunakan senjata berbahan dasar klorin dalam merebut kembali kota Douma yang sebelumnya dikuasai pemberontak.
Namun Presiden Rusia Vladimir Putin ingin agar AS tidak ikut campur dalam masalah pemberontakan di Suriah tersebut. Dewan Keamanan PBB pun belum memberikan lampu hijau bagi AS dan NATO untuk melakukan serangan tersebut.

Tentunya hal ini membuat investor sedang harap-harap cemas dengan keberlanjutan naik tidaknya harga emas itu sendiri. Bila serangan itu ada, maka emas bisa mendekati level tertinggi 11 pekannya kembali di akhir pekan ini.

Namun penguatan emas sendiri tidak besar karena investor masih khawatir untuk melakukan bepi emas secara besar-besaran, itu karena jikalau data-data ekonomi AS seperti sentimen konsumen Michigan dan data pembukaan lapangan kerja baru AS dilaporkan bisa membaik.

Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Kitco, Bloomberg, BBC
Sumber gambar: Reuters