Saham Asia Dibuka Melemah di Tengah Valuasi Latar Belakang Ekonomi Global

0
87

JAVAFX – Bursa Asia mulai melemah pada perdagangan saham di hari Senin (7/9) karena investor bergulat dengan valuasi tinggi dengan latar belakang ekonomi global dalam cengkeraman resesi yang diinduksi virus corona.

Indeks Nikkei turun 0,4% menjelang minggu yang berat dari data makroekonomi dengan angka pengeluaran rumah tangga, transaksi berjalan dan produk domestik bruto akan dirilis pada hari Selasa.

Beberapa analis memperkirakan dosis baru stimulus fiskal di negara itu sebelum akhir tahun sementara memperkirakan ‘Abenomics’ akan dipertahankan bahkan setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mundur dari jabatannya.

Indeks S&P/ASX 200 tergelincir 0,4%, Indeks KOSPI turun 0,1%.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang nyaris tidak berubah setelah mengalami penurunan dalam dua hari berturut-turut.

Saham dunia mencapai rekor tertinggi pekan lalu karena stimulus Federal Reserve mendorong valuasi aset ke level yang tinggi. Reli mendingin akhir pekan lalu karena saham-saham teknologi dijual sementara kekhawatiran atas pemulihan ekonomi yang tambal sulam membayangi investor.

Fokus langsung pada hari ini adalah data ekspor dan impor China untuk Agustus, yang akan dirilis pagi ini.

Dalam sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa ekspor China diperkirakan telah membukukan kenaikan solid bulan kedua pada Agustus karena lebih banyak mitra dagangnya melonggarkan penguncian virus korona dan membuka kembali ekonomi mereka.

Tercatat bahwa ukuran volatilitas telah meningkat lebih tinggi dalam tiga bulan terakhir bersamaan dengan curamnya kurva imbal hasil Treasury AS 10-tahun hingga 5-tahun serta kurva 30-tahun hingga 5-tahun.

Investor akan mencari data tentang inflasi AS dengan harga produsen dan konsumen yang sebagian besar diperkirakan akan tetap stabil.

Pertemuan kebijakan di Bank Kanada pada hari Rabu dan Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari berikutnya juga berada di radar investor, dengan keduanya diharapkan untuk menjaga kebijakan tetap stabil.